Jumat, 03 Oktober 2014

Contoh Resensi 3

Resensi

1.      Judul Buku           : Upacara
2.      Pengarang             : Korrie Layun Rampan
3.      Penerbit                : Jakarta, Pustaka Jaya
4.      Tahun Terbit         : Cetakan kedua, 2000
                                      Cetakan pertama, 1978
5.      Tebal Buku           : 128 halaman




Aku dan Upacara Dayak
            Sebuah roman yang melukiskan pengalaman batin yang dialami oleh toko “aku” dalam berbagai upacara meruwat(crisis ritus) yang diselenggarakan oleh penduduk sebuah perkampungan suku bangsa Dayak di pedalaman Kalimantan. Berbagai macam upacara diikuti oeh si tokoh “aku”. Dimulai dengan pengemabarahan roh “aku” ke Lumut (Swarga) dalam upacara bagi kesembuhan si “aku”, balian (perdukunan) dalam hubungannya dengan nasuq juus ( mencari jiwa yang hilang), kemudian tentang kewangkey (upacara penguburan tulang manusia), dilanjutkan dengan nalin taun (pesta tahunan, memberi persembahan pada alam dewa-dewa) untuk menghindarkan kampung itu dari malapetaka atau bencana, dan akhirnya tentang pelulung (upacara perkawinan). Dalam roman ini si “aku” menaiki jenjang pernikahan setelah kisah asmara yang panjang.
            Peristiwa demi peristiwa, kejadian demi kejadian, upacara demi upacara, dilukiskan oleh penulis dengan sangat epik dalam bahasa yang simbolis. Penuh dengan kalimat – kalimat yang kaya akan metafora. Ditulis dengan sangat padat akan imajinasi, kepuitisan dan originalitas sang penulis yang ingin menggambarkan perjalan hidup sosok “aku”.
            Kisahnya diawali dengan pelukisan si “aku” terbagun ketika sedang berlangsung upacara individual demi kesembuhan dirinya. Namun pada awalnya si “aku” sama sekali tidak menyadari bahwa upacara ini untuk siapa dan untuk apa. Ia merasa baik-baik saja tidak terjadi apa-apa. Pertama kali ia siuman ia melihat ibu dan ayahnya. Serta kokok ayam jagonya si Burik disertai gemerincing getang dan giring-giring. Kehidupan berjalan di tengah-tengah suku Dayak. “Aku” pun mengalami sebuah pengembarahan rohnya ke Lumut (Swarga) yang dituntun oleh kakeknya. Kakeknya menuntun setiap langkah dalam pengembaraannya. Kata orang bila seseorang telah menyelesaikan pengembaraan itu orang tersebut akan mendapatkan kemurahan dan kenikmatan dalam hidupnya. Perjalannya yang mistis melalui berbagai jalan dan menuju bangunan yang juga mitis menyelesaikan pengembaraannya. Dalam suku Dayak memiliki keyakinan sendiri. Saat seorang antropolog Amerika datang untuk memperlajari suku Dayak dan juga membawa misi misionaris ingin untuk memperkenalkan “sang Juru Selamat” ditolak mentah-mentah oleh suku Dayak dengan cara yang halus. Upacara menjadi pusat kehidupan di sana. Dari bayi, menikah, hingga meninggal mereka mengalami berbagai upacara. “Aku” mengalami kisah cintanya di dalam suku tersebut. Cinta pertamanya sangatlah indah dan mengharukan. Namun, semuanya harus terputus ditengah jalan karena mala petaka telah merenggut nyawa sang kekasih di hutan. Sangat mengharukan saat ia pergi mencari hasil hutan ia menemukan barang-barang peninggalan kekasihnya itu, Waning. Setelah kisah-kisah asmara panjang dan mengharukan di sela-sela kehidupan yang penuh dengan upacara. Akhirnya si “aku” menemukan jodohnya. Ifing, adik Waning, rupa-rupanya dengan diam-diam telah mencintai si “aku”. Baru kemudian si “aku” memperhatikan gadis yang mungil itu. Ifing ternyata menyimpan kelembutan dan kecantikan Waning. Dan diadakanlah upacara pernikahan untuk mempersatukan kedua insan remaja ini dalam ikatan perkawinan. Upacara tersebut disebut Pelulungan.

            Dalam roman ini, walaupun semuanya terfokus kepada upacar-upacara adat. Namun aspek-aspek lain kehidupan tetap banyak disinggung dengan epik. Sang penulis dapat membuat pembaca tertarik dengan kalimat-kalimat imajinasinya. Untuk membaca roman ini yang penuh misteri akan upacara-upacara tersebut serta konflik-konflik kehidupan. Dibumbuhi serta diakhiri dengan kisah cinta yang mengalami pengembaraan yang sangat banyak. Roman ini penuh dengan bahasa – bahasa daerah, tetapi penulis telah menyediakan makna setiap kata tersebut dalam lampiran akhir buku. Walaupun karya sastra ini bisa dibilang “sastra absurd” namun dapat ditangkap oleh pembaca – pembacanya. Sebuah karya sastra yang indah.

Manfaat: Roman ini sangat baik bagi kaum muda yang ingin mempelajari tentang sastra lama. Buku ini sangat layak dijadikan sebuah referensi bacaan. Gaya penulisan yang kaya akan metafora memberikan kesan yang berbeda dengan karya sastra modern yang sedang tren saat ini. Juga kita dapat melihat kehidupan pedalaman suku Kalimantan, suku Dayak beserta dengan upacara-upacara adat yang ada. 

1 komentar:

  1. Spades - titanium screws - TITanium Art
    Spades - titanium screws · The spades tattoo vector vector · titanium mens ring Spades tattoo vector titanium ingot · titanium machining Spades tattoo vector. All titanium mug images titanium dioxide in this vector.

    BalasHapus