Resensi
2.
Pengarang : Korrie Layun
Rampan
3.
Penerbit : Jakarta, Pustaka Jaya
4.
Tahun Terbit : Cetakan kedua, 2000
Cetakan pertama, 1978
5.
Tebal Buku : 128 halaman
Aku dan Upacara Dayak
Sebuah
roman yang melukiskan pengalaman batin yang dialami oleh toko “aku” dalam
berbagai upacara meruwat(crisis ritus) yang diselenggarakan oleh penduduk
sebuah perkampungan suku bangsa Dayak di pedalaman Kalimantan. Berbagai macam
upacara diikuti oeh si tokoh “aku”. Dimulai dengan pengemabarahan roh “aku” ke Lumut (Swarga) dalam upacara bagi
kesembuhan si “aku”, balian
(perdukunan) dalam hubungannya dengan nasuq
juus ( mencari jiwa yang hilang), kemudian tentang kewangkey (upacara penguburan tulang manusia), dilanjutkan dengan nalin taun (pesta tahunan, memberi
persembahan pada alam dewa-dewa) untuk menghindarkan kampung itu dari
malapetaka atau bencana, dan akhirnya tentang pelulung (upacara perkawinan). Dalam roman ini si “aku” menaiki
jenjang pernikahan setelah kisah asmara yang panjang.
Peristiwa
demi peristiwa, kejadian demi kejadian, upacara demi upacara, dilukiskan oleh
penulis dengan sangat epik dalam bahasa yang simbolis. Penuh dengan kalimat –
kalimat yang kaya akan metafora. Ditulis dengan sangat padat akan imajinasi,
kepuitisan dan originalitas sang penulis yang ingin menggambarkan perjalan
hidup sosok “aku”.
Kisahnya
diawali dengan pelukisan si “aku” terbagun ketika sedang berlangsung upacara
individual demi kesembuhan dirinya. Namun pada awalnya si “aku” sama sekali
tidak menyadari bahwa upacara ini untuk siapa dan untuk apa. Ia merasa
baik-baik saja tidak terjadi apa-apa. Pertama kali ia siuman ia melihat ibu dan
ayahnya. Serta kokok ayam jagonya si Burik disertai gemerincing getang dan giring-giring. Kehidupan berjalan di tengah-tengah suku Dayak.
“Aku” pun mengalami sebuah pengembarahan rohnya ke Lumut (Swarga) yang dituntun
oleh kakeknya. Kakeknya menuntun setiap langkah dalam pengembaraannya. Kata
orang bila seseorang telah menyelesaikan pengembaraan itu orang tersebut akan
mendapatkan kemurahan dan kenikmatan dalam hidupnya. Perjalannya yang mistis
melalui berbagai jalan dan menuju bangunan yang juga mitis menyelesaikan
pengembaraannya. Dalam suku Dayak memiliki keyakinan sendiri. Saat seorang
antropolog Amerika datang untuk memperlajari suku Dayak dan juga membawa misi
misionaris ingin untuk memperkenalkan “sang Juru Selamat” ditolak mentah-mentah
oleh suku Dayak dengan cara yang halus. Upacara menjadi pusat kehidupan di
sana. Dari bayi, menikah, hingga meninggal mereka mengalami berbagai upacara. “Aku”
mengalami kisah cintanya di dalam suku tersebut. Cinta pertamanya sangatlah
indah dan mengharukan. Namun, semuanya harus terputus ditengah jalan karena
mala petaka telah merenggut nyawa sang kekasih di hutan. Sangat mengharukan
saat ia pergi mencari hasil hutan ia menemukan barang-barang peninggalan
kekasihnya itu, Waning. Setelah kisah-kisah asmara panjang dan mengharukan di
sela-sela kehidupan yang penuh dengan upacara. Akhirnya si “aku” menemukan
jodohnya. Ifing, adik Waning, rupa-rupanya dengan diam-diam telah mencintai si
“aku”. Baru kemudian si “aku” memperhatikan gadis yang mungil itu. Ifing
ternyata menyimpan kelembutan dan kecantikan Waning. Dan diadakanlah upacara
pernikahan untuk mempersatukan kedua insan remaja ini dalam ikatan perkawinan.
Upacara tersebut disebut Pelulungan.
Dalam
roman ini, walaupun semuanya terfokus kepada upacar-upacara adat. Namun
aspek-aspek lain kehidupan tetap banyak disinggung dengan epik. Sang penulis
dapat membuat pembaca tertarik dengan kalimat-kalimat imajinasinya. Untuk
membaca roman ini yang penuh misteri akan upacara-upacara tersebut serta
konflik-konflik kehidupan. Dibumbuhi serta diakhiri dengan kisah cinta yang
mengalami pengembaraan yang sangat banyak. Roman ini penuh dengan bahasa –
bahasa daerah, tetapi penulis telah menyediakan makna setiap kata tersebut
dalam lampiran akhir buku. Walaupun karya sastra ini bisa dibilang “sastra
absurd” namun dapat ditangkap oleh pembaca – pembacanya. Sebuah karya sastra
yang indah.
Manfaat: Roman
ini sangat baik bagi kaum muda yang ingin mempelajari tentang sastra lama. Buku
ini sangat layak dijadikan sebuah referensi bacaan. Gaya penulisan yang kaya
akan metafora memberikan kesan yang berbeda dengan karya sastra modern yang
sedang tren saat ini. Juga kita dapat melihat kehidupan pedalaman suku
Kalimantan, suku Dayak beserta dengan upacara-upacara adat yang ada.
Spades - titanium screws - TITanium Art
BalasHapusSpades - titanium screws · The spades tattoo vector vector · titanium mens ring Spades tattoo vector titanium ingot · titanium machining Spades tattoo vector. All titanium mug images titanium dioxide in this vector.